Label

Kamis, 24 November 2022

Kematian Misterius Mahsa Amini Yang Memicu Amarah Warga Iran

 

Beberapa bulan belakangan ini dunia telah diramaikan dengan kasus kematian Mahsa Amini. Kematian Mahsa Amini ini memicu amarah warga negara Iran, sehingga membuat internet di Iran diblokir dan menimbulkan demo dimana-mana.

Mahsa Amini yang merupakan wanita berusia 22 tahun, yang berasal dari Saqqez, provinsi Kurdistan Iran. Ketika dia sedang berjalan-jalan bersama keluarganya pada tanggal 13 September lalu. Polisi yang berjaga disana menangkap Mahsa Amini yang baru saja keluar dari stasiun kereta api di tengah kota Teheran, dia dipaksa masuk ke dalam van milik Gasht e Ershad atau semacam patroli polisi moral.

Di Iran mempunyai aturan berpakaian untuk wanita yang telah menjadi hukum di Republik Islam Iran sejak 1979. Mereka yang menangkapnya melihat bahwa hijab yang digunakan Mahsa Amini terlalu longgar dan tidak tertutup dengan sempurna. Mahsa Amini dibawa ke pusat penahanan Vozara, yang dikenal sebagai pusat edukasi dan rehabilitasi wanita yang melanggar aturan berhijab. Di tempat itu, seseorang yang dibawa kesana akan diajari cara menggunakan hijab dengan benar dan tertutup. Vozara juga menjadi pusat pendidikan dan rehabilitasi perempuan yang dianggap melanggar aturan syariah.

Polisi tidak memberikan penjelasan mengapa Mahsa Amini ditahan, selain menyangkut aturan hijab. Menurut ibu Mahsa, putrinya sudah mematuhi aturan dengan memakai jubah panjang yang longgar. Dia mengatakan, Mahsa ditangkap saat dia keluar dari kereta bawah tanah bersama saudara laki-lakinya. Mereka sudah menjelaskan sedang berwisata di ibukota, tapi diabaikan oleh polisi.  Polisi Iran mengeluarkan pernyataan bahwa Mahsa Amini tiba-tiba pingsan karena serangan jantung di pusat penahanan, saat menerima pelatihan pendidikan tentang aturan jilbab. Keluarganya membantah klaim ini, mereka mengatakan dia sehat sempurna sebelum penangkapannya. Kakaknya, Kiarash Amini mengatakan, dia sedang menunggu di luar pusat penahanan pada hari penangkapannya ketika dia mendengar teriakan dari dalam. Sebuah ambulans tiba dan seorang saksi yang keluar dari pusat penahanan mengatakan kepadanya bahwa pasukan keamanan telah membunuh seorang wanita muda di dalam. Mahsa dibawa dari fasilitas penahanan dengan ambulans ke rumah sakit tak lama setelah penangkapannya dan mengalami koma. Sebuah foto dan video Mahsa Amini yang beredar luas di media sosial pada 15 September menunjukkan dia terbaring tak sadarkan diri di ranjang rumah sakit dengan selang di mulut dan hidungnya. Darah mengalir dari telinganya dan memar di sekitar matanya.

Beberapa dokter Iran mengatakan di Twitter bahwa meskipun mereka tidak memiliki akses ke file medisnya, pendarahan dari telinga menunjukkan dia mengalami gegar otak akibat cedera di kepala. Ayah Mahsa juga mengatakan bahwa putrinya tidak memiliki masalah kesehatan atau riwayat masalah jantung. Dia juga mengatakan bahwa putrinya memar dan pihaknya meminta polisi bertanggung jawab atas kematiannya. Para advokat menuduh polisi moral memukuli Mahsa Amini, tapi polisi menolak tuduhan tersebut. Kematian Amini telah memicu kemarahan luas di masyarakat Iran itu sendiri bahkan sampai luar negeri. Baik orang biasa, beberapa pejabat, ulama senior, selebriti, hingga atlet ikut marah atas kejadian tersebut. Banyak yang mengutuk kekerasan yang tampak terhadapnya dan menyerukan diakhirinya praktik melecehkan serta menahan wanita karena tidak mematuhi aturan jilbab.

Organisasi Forensik Iran menjelaskan hasil penyelidikannya atas kematian Amini. "Kematian Mahsa Amini tidak disebabkan oleh pukulan di kepala dan organ-organ vital dan anggota tubuh," demikian pernyataan Organisasi Forensik Iran. Disebutkan lebih lanjut oleh Organisasi Forensik Iran bahwa kematian Amini berkaitan dengan 'operasi tumor otak pada usia delapan tahun'. Orang tua Amini mengadukan para politik yang diduga terlibat dalam kematiannya. Bahkan salah satu sepupu Amini yang tinggal di Irak menuturkan kepada AFP bahwa wanita muda itu meninggal karena 'pukulan keras di kepala'.

Pada Senin (3/10) lalu, pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menyampaikan tanggapan pertamanya soal kematian Amini dan unjuk rasa memprotes kematiannya. Saat itu, Khamenei menyatakan bahwa kematian Amini 'sangat menghancurkan hati saya'. Dia juga menyebut kematian Amini sebagai 'insiden pahit'. Namun Khamenei juga menuding Amerika Serikat (AS) dan Israel telah mengobarkan kerusuhan yang tengah melanda Iran. "Saya mengatakan dengan jelas bahwa kerusuhan dan ketidakamanan ini direkayasa oleh Amerika dan rezim pendudukan Zionis yang palsu, serta para agen bayaran mereka," sebut Khamenei merujuk pada Israel.

Pemerintah Iran kembali menegaskan hasil penyelidikannya yang menunjukkan Mahsa Amini meninggal karena sakit bukan karena dipukuli aparat seperti yang dirumorkan. Kematian Amini usai ditahan polisi moral telah memicu demo rusuh di Iran, yang memicu korban tewas. Unjuk rasa itu ditindaklanjuti dengan operasi penindakan tegas oleh otoritas Iran, yang berujung kerusuhan hingga memicu kematian puluhan orang dan penangkapan banyak orang. Demonstrasi atas kematian Amini adalah yang terbesar di negara itu sejak protes meletus atas kenaikan harga bensin oleh pemerintah. Di dunia, video yang viral menunjukkan beberapa wanita merobek jilbab sebagai bentuk protes. Ada juga yang memotong rambut mereka saat demo. Demonstrasi telah terjadi di negara-negara di seluruh dunia, dari Yunani hingga Turki hingga Kanada.

 

Iran menjatuhkan hukuman mati terhadap warganya yang ikut dalam unjuk rasa menentang kematian aktivis Mahsa Amini. Sejak dua bulan belakangan ini, Iran diguncang aksi unjuk rasa besar-besaran akibat kematian Mahsa Amini. Ribuan orang turun ke jalan, banyak dari mereka ditangkap dan lebih dari 300 orang tewas. Pengadilan lain di Teheran menghukum 5 orang lainnya dengan hukuman penjara antara 5 sampai 10 tahun karena berkumpul dan bersekongkol untuk melakukan kejahatan terhadap keamanan nasional dan mengganggu ketertiban umum.

Baru-baru ini, media online Mizan dan lainnya mengatakan  bahwa pengadilan telah mendakwa lebih dari 750 orang di tiga provinsi karena terlibat dalam kerusuhan baru-baru ini.

Lebih dari 2.000 orang telah didakwa, hampir setengahnya berada di ibu kota Teheran, sejak demonstrasi dimulai, menurut angka pengadilan. Tindakan keras itu juga menyebabkan puluhan aktivis, jurnalis, dan pengacara ditangkap. 

Awal bulan ini, sekitar 272 anggota parlemen dari total 290 anggota parlemen Iran menuntut agar otoritas kehakiman menerapkan hukuman mati. Mereka menyerukan diberlakukannya prinsip keadilan 'mata untuk mata' terhadap orang-orang yang 'telah membahayakan nyawa dan properti orang lain dengan senjata tajam dan senjata api'.

Dalam pernyataan terpisah, Mahmood Amiry-Moghaddam selaku direktur kelompok HAM, Iran Human Rights, yang berbasis di Norwegia, menuturkan bahwa sedikitnya 20 orang kini, menurut informasi resmi, menghadapi dakwaan-dakwaan yang memiliki ancaman hukuman mati di Iran. "Kami sangat prihatin bahwa hukuman mati bisa dilakukan dengan tergesa-gesa," ucap Amiry-Moghaddam kepada AFP.

"Komunitas internasional harus mengirimkan peringatan kuat terhadap otoritas Iran bahwa penerapan hukuman mati bagi para demonstran tidak bisa diterima dan akan memiliki konsekuensi berat," katanya.

 

Nama Kelompok:

1. Freely Felicity Savvy Mongkol

2 Zukruf Tiur Nurani Suwani

3. Elsa Kartika Sari

Kelas:

41.1A.01

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PPostingan Unggulan

Surat Pembaca Untuk Penyeberangan Di Daerah Margonda

Pada Senin, 05 Desember 2022, saya dan teman-teman menyebrangi jalan di daerah Margonda, tepatnya di depan gedung UBSI Margonda Kampus A, Un...